Oleh: Ust Luqmanulhakim
Tema: Keseimbangan Spiritualitas dan Profesionalitas
Sabtu, 3 Agustus 2024

Dalam kehidupan yang serba cepat ini, sering kali kita lupa akan esensi mendalam dari tugas kita sebagai guru. Ada pepatah yang mengatakan, “Sawang sinawang,” yang mengingatkan kita bahwa perspektif kita terbatas. Terkadang, kita menginginkan kehidupan yang sama dengan orang lain, padahal orang lain mungkin ingin apa yang kita miliki saat ini. Dalam hal ini, penting bagi kita untuk memperhatikan dua hal: bersyukur dan selalu berusaha meningkatkan diri.

Untuk keseimbangan yang optimal antara spiritualitas dan profesionalitas, mari kita mulai dengan mengingat siapa kita sebenarnya. Jawabannya sederhana namun mendalam:

“Saya adalah Hamba Allah yang sedang berusaha menjadi hamba yang Allah mau.” Ini berarti kita mengikuti arahan Allah dengan penuh ketaatan dan kesadaran. Ketika Allah memerintahkan kita untuk berbelok kanan, kita harus menjawab, “Sendiko dawuh, Sami’na waato’na,” yang menunjukkan kesediaan kita untuk mematuhi-Nya. Kita menjalani hidup sesuai dengan ketentuan-Nya dan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi janji-Nya.

“Saya adalah umat Rasulullah yang sedang berusaha meneladani, mencontoh, dan meniru kepribadian Rasulullah.” Menjadi umat Rasulullah berarti kita berusaha untuk meneladani akhlak dan perilaku Nabi dalam kehidupan sehari-hari kita.

Kemana kita akan menuju? Jawabannya sederhana: Ke Surga. Kita adalah Guru yang mendidik santri-santri, Wajah kita terlalu berharga untuk dihukum di neraka. Wajah seperti kita seharusnya cocok untuk Surga Firdaus yang terbaik.

Bagaimana caranya mencapai Surga? Dengan menjaga hati, keikhlasan, dan niat. Terkadang kita dihadapkan pada situasi di mana penampilan materi kita menjadi sorotan. Apakah kita menggunakan motor tua atau mobil mewah, penting untuk menjaga niat kita tetap tulus dan profesional. Selalu lakukan segala sesuatu “Lillah” (karena Allah) dan pastikan bahwa profesionalitas kita juga demi Allah.

Leave a Comment